Skip to main content

PERTANYAAN-PERTANYAAN MENGENAI THE SUKUDALU: LAHIRNYA OTENTISITAS BAND URBAN

 Lahirnya sebuah band tentu akan selalu mengalami lika-liku terhadap dinamika perjalanan yang ditempuhnya. Tidak terkecuali band jalanan yang kemudian tumbuh dan berkembang pesat dalam setiap prosesnya. Apalagi dengan pembawaan karya yang memiliki ciri khas  tersendiri dalam penampilannya. Dengan demikian orang menyebutnya sebagai  Mbahe Band  Sidoarjo atau mungkin sebuah band yang melampaui zamannya.

[Album The Sukudalu oleh Black Dog Record Maximum SKA Tahun 2023]

Hal ini tentu pertama kali bagi saya ketika berjumpa dengan band The Sukudalu. Yang bisa diartikan dari bahasa Jawa “SUKU” (kaki) “ DALU “ (malam). Maka,  “SUKUDALU” dapat diartikan sebagai kaki malam. Masing-masing album lagu yang telah rilis, antara lain seperti halnya lagu berjudul Somewhere Down The Line,  Beside Me, Aku Cinta Kamu, Walking on The Rainbow, Do What You Wanna Do, We Are The Sukudalu dan yang terakhir Fly Me. Selain itu, The Sukudalu telah mengarungi tiap-tiap kota di pulau Jawa dan Bali  kecuali Jakarta.

Untuk personil awal band The Sukudalu terdiri dari Deny Tuek (bass), Erman Oyek (gitar), Irwan Kombor (drum), dan Dorix sebagai vokalis. Seiring berjalannya waktu, Dorix digantikan oleh Surya, kemudian Surya juga digantikan oleh Bruzz. Band ini juga menambahkan Juned Yoman sebagai pemain harmonika. Deny Tuek kemudian keluar dan posisinya digantikan oleh Bagus Brokoly, sedangkan posisi gitar kedua diisi oleh Yoga Brengsek dengan gaya "Vintage Blues Guitar". Formasi ini bertahan cukup lama dan sempat merilis mini album berisi enam lagu, kecuali "Fly Me".

Band ini terus tampil dari acara ke acara, dan berpindah dari satu kota ke kota lain. Namun, Bruzz kemudian memutuskan untuk berhenti sementara guna melanjutkan pendidikannya di jurusan Sastra Inggris selama lima tahun lima bulan dengan tambahan dua bulan. Setelah itu, Bagus Brokoly dan Juned Yoman keluar bersamaan, dan Hasan bergabung untuk mengisi posisi bass, sementara Bayu Tompel menggantikan Bruzz sebagai vokalis untuk dua acara. Setelah itu, band mengalami vakum selama enam hingga tujuh tahun.

Akhirnya, The Sukudalu kembali dengan formasi baru yang terdiri dari Brian Van De Pool, vokalis kedua Ezza Lelyana (Snake Lady), Deny Tuek (bass), Irwan Kombor (drum), Erman Oyek (gitar), dan Damis (gitar). Dalam perkembangan yang mengejutkan, Bruzz kembali bergabung menggantikan Brian Londo, tetapi hanya sebentar sebelum Brian kembali mengisi posisinya. Band ini juga menambah anggota baru, Anazbond sebagai gitaris, dan Uncle O sebagai rapper.

 Pengalaman serta perjalanan karir sejak 2006 tentu memberikan kesan mengenai perjalanan karir band The Sukudalu yang juga kabarnya pernah vakum selama 6 tahun (2016-2022). Tentu masalah domestik, atau (pekerjaan) bukan berarti turut memukul mundur aktivitas serta memberhentikan semangat untuk terus berkarya. Bahkan lagu-lagu mereka tercipta dari kehidupan sehari-hari terutama lanskap ruang urban Sidoarjo sebagai kabupaten penopang metropolitan terbesar kedua di Indonesia

Karakteristik Lirik Lagu The Sukudalu


The Sukudalu merupakan band Sidoarjo yang cukup cadas, liar, binal dan kaya akan eksplorasi musik. Genre ini menjadi hal yang identik dimiliki oleh band tersebut. Selain itu, tidak sedikit orang menganggap bahwa band The Sukudalu adalah band pembeda pada musik-musik sebelumnya. 

[Personil band The Sukudalu]

Pembeda tersebut justru pernah ditanyakan oleh penggemar The Sukudalu dari Amerika. Berdasarkan obrolan santai  dengan band The Sukudalu, mereka tidak menyebutkan secara jelas  penggemar dari  Amerika tersebut. Namun menurut informasi salah satu penanya merupakan pemilik channel (Rockin Steady). Pertanyaan yang dilemparkan seputar genre musik The Sukudalu yang sulit terpetakan dalam nama. Sebut saja lagu berjudul "Rainbow" yang justru disebut musik Psychobilly . Do What You Wanna  Do yang sebaliknya disebut Ska. Inilah yang kemudian membuat band The Sukudalu menjadi menarik, karena mampu menjadi pembeda yang lain. Tetapi jangan salah, karena The Sukudalu juga melakukan pendekatan melalui musik blues n roll, jazz, soul, swing, reggae, punk dan semua jenis musik lainya. Hal ini yang membuatnya cukup beragam. Sukudalu sendiri sudah berdiri sejak lama dan sekarang sudah menginjak usia 18 tahun yang bermula dari sebuah tongkrongan, jalanan serta warung-warung kopi. Selain itu, beragam petualangan juga mereka lalui  bersama  sebagai bagian dari perjalanan panjang berproses demi menghasilkan karya-karya serta penyajian performansi yang menarik di hadapan publik.             

Selain memiliki karakteristik cadas,liar hal ini juga terepresentasikan di dalam buah karya lagunya yang dapat dikenali terutama dalam segi makna. Sebut saja lagu berjudul Fly Me sebuah lagu merepresentasikan arti kebebasan yang dianalogikan seperti burung yang terbang tinggi sebebasnya.   Kebebasan dalam lirk-lirik Fly Me  ini membantu untuk memahami kehidupan cinta.  Terlebih lagi kebebasan untuk terbang bersama menikamti segala aktivitas berdua tanpa peduli dengan sindiran orang lain. Selain itu makna terbang bebas dalam lirik ini juga terkesan menyinggung tentang kematian, yang artinya kesetiaan menemani sampai mati. Hal ini dapat diartikan dengan adanya sebuah lirik ajakan untuk terbang bebas ke atas langit sebagai sebuah hal yang cendrung diartikan sebagai sebuah kisah cinta yang terus bertahan.

Selain Fly Me ada juga lagu berjudul Be Side Me memperlihatkan  dialog ke-aku-an lirik dengan Tuhan dengan maksud pengharapan akan kebebasan atas diri sendiri  untuk menuju perubahan yang lebih baik. Harapan tersebut tentu saja merupakan bentuk simbolis dari pemenuhan keinginan, berdasarkan kebebasan mengenai hal yang diidealkan. Hal ini terlihat dari kutipan lagu berikut pada bait kedua.

All just i wanted.. more than a bigges smile

Make me wanna be free me all by my side

All just i wanted.. just make changes something good to me.. free me wanna be.

 

Penekanan pada kutipan tersebut memberikan dorongan terkait adanya kebebasan akan sebuah kebahagiaan yang tidak tergantung pada kehendak karena orang lain, melainkan kehendak untuk dirinya sendiri yang lebih otentik . Sebagamana pada baris kedua kalimat  Make me wanna be free me all by my side. Selain itu, penggunaan kata “Terbang” selalu  digunakan pada bentuk penegasan dalam lirik lagu ini sebagaimana pada  kalimat bait ketiga  “Fly away.. i wanna fly fly away.”   Kutipan ini memberikan penanda sebagai sebuah pemaknaan bahwa apa yang disampaikan pada lirik ini mengartikan bebas sebagai suatu kreatifitas yang akan terus berlanjut dan bertahan pada karakteristik identitas sebuah band. Dengan demikian melalui pembawaan lirik ini seakan juga memberikan pesan pada para penggemar berat bahwa “Jadilah apapun yang diinginkan” dan juga dipertegas pada lirik lagu bait terakhir baris 3-5 sebagaimana berikut.

Future.. talking for my future

Dancing on the glory to be free..

Together you and me

Tentunya masih banyak lagi karya-karya The Sukudalu dalam setiap lirik lagu yang dihadirkan. Dari kedua lagu tersebut kita kemudian dapat memahami mengenai karakteristik sebuah band yang juga dapat kita kenali melalui  setiap arti dan makna dari lirik lagu yang diciptakan. Karakteristik ini yang kemudian dimiliki oleh The Sukudalu sebagai sebuah band yang memiliki keunikan karakteristik yang terlihat. Bukan hanya dari segi performansinya, melainakan juga  dari karya-karyanya yang kemudian menjadi salah satu band pembeda yang cendrung mampu menciptakan karakteristik identitas yang otentik.  

 

Sumber

Akun Channel You Tube The Sukudalu

https://youtube.com/@thesukudaluofficial?si=sT3HzRTHOaPHccse

Akun Instagram: @Thesukudalu


Penulis:

M.A. Haris Firismanda, lahir pada tahun 1998 di Sidoarjo, Jawa Timur, pernah menempuh pendidikan S-1 di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Brawijaya, Malang. Setelah itu, ia melanjutkan studi ke jenjang S-2 di Program Kajian Sastra dan Budaya, Universitas Airlangga, Surabaya, dengan fokus pada sastra (naratologi), budaya lokal, serta budaya urban (pop), yang kini telah selesai. Saat ini, ia aktif sebagai pengajar lepas di berbagai tempat dan pernah menjadi peneliti di bidang sastra Arek pada lembaga Arek Institute.



















Comments

Popular posts from this blog

Nyadran Balongdowo, Nasibmu Kini

  sumber : https://radarsidoarjo.jawapos.com Nyadran di Desa Balongdowo terdiri atas 7 tahapan penting sebagai cara mengungkapan rasa syukur. Tahap pertama, yaitu tahap persiapan. Pada malam sebelum pemberangkatan, warga Balongdowo mempersiapkan keperluan prosesi mulai dari makanan, biasanya mengolah kupang, tumpeng, dan menghias perahu. Tahap kedua adalah tahap pemberangkatan, meliputi iring-iringan tumpeng ke tepi sungai dan berdoa memanjatkan syukur kepada Allah SWT. Setelah acara pembuka, barulah perahu Nyadran memulai perjalanan menuju Desa Sawohan, Dusun Kepetingan. Tahap ketiga yaitu tahap pembuangan seekor ayam. Ketika perjalanan, anak balita yang mengikuti Nyadran diberi seekor ayam hidup untuk dibuang di muara Kalipecabean agar anak balita tidak kesurupan. Tahap keempat, melarung tumpeng di muara Clangap (pertemuan antara sungai Balongdowo, sungai Candi, dan sungai Sidoarjo). Hal ini bertujuan agar para nelayan pencari kupang diberi keselamatan saat melaut. Namun, melarun...

Dekesda dan Umsida dalam Perjalanan Budaya “Ngetung Batih” di Dongko Trenggalek

  “Kami berjalan pelan menyisir pantai selatan, mendaki pegunungan dari Desa Pringapus sampai Kecamatan Dongko, berburu pengetahuan budaya yang mekar manis di setiap unsur perilaku masyarakatnya.” Joko Susilo – Ketua Program Dewan Kesenian Sidoarjo (Dekesda) juga Dosen Psikologi Budaya Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) membuka kalimat wawancaranya. Ia datang ke Dongko bersama tim riset budaya gabungan Dekesda dan Umsida. Joko menambahkan “Kami juga membawa beberapa mahasiswa pertukaran dari Universitas Adzkia Sumatra Barat dan Universitas Muhammadiyah Sidrap Sulawesi Selatan, tujuan kami adalah supaya mereka mengetahui kekayaan budaya yang ada di Jawa Timur”. Upacara adat ‘ Ngetung Batih’ digelar di kecamatan Dongko 7 hari 7 malam, tanggal 6 sampai 13 Juli 2024. Tanggal 6 dibuka dengan doa bersama. Tanggal 7 siang digelar Kirab Budaya dilanjutkan penampilan bersama 2700 penari jaranan Turonggo Yakso. Setiap malam berikutnya dilanjut pertunjukan seni yang ada di wilayah ...

1000 Warga Nembang Macapat Gagrak Sidoarjo

  Sekar Mijil, Sekar Gambuh dan Sekar Pocung Gagrak Sidoarjo berkumandang di pelataran SMP-SMK Sepuluh Nopember Sidoarjo, Jl Siwalanpanji, Sidoarjo. Siswa-siswi, para guru pendamping sekaligus paguyuban-paguyuban macapat bersama-sama menembangkannya. Suwarmin M.Sn., yang berprofesi sebagai dosen seni tradisi di STKW Surabaya, dan sebagai pencipta macapat Gagrak Sidoarjo sangat bahagia sekali. Karena semua peserta mampu menembangkannya bersama-sama meskipun belum sesempurna para pesinden. Bertajuk “Seribu Warga Nembang Macapat Gagrak Sidoarjo” sukses diselenggarakan pada hari Sabtu, 3 Agustus 2024. Mengulang kesuksesan penyelenggaraan tahun 2023 dengan Seribu Warga Sidoarjo Nembang Macapat 24 jam. Ini adalah sebuah cita-cita Dewan Kesenian Sidoarjo dan Paguyuban-Paguyuban Macapat Sidoarjo agar macapat juga dikenal oleh generasi-generasi sekarang. “Bahwa materi nembang macapat ini sudah dikenalkan kepada para siswa SMP kelas 7 dan 8,” kata Murlan, S.Sn., selaku ketua panitia pe...