Skip to main content

KEUNIKAN SINDEN DALAM KARAWITAN JAWA; (Harmonisasi Sinden dengan Gamelan Jawa)

 

Foto 1: Sinden Wayang Kulit (blogspot.com)

Keberadaan sinden di dalam sajian karawitan jawa sangatlah penting, mengapa penting? Karena sinden merupakan seseorang (perempuan) yang menjaga harmonisasi piranti gamelan jawa. Sinden juga merupakan unsur keindahan dalam sajian pertunjukan gamelan jawa, kenapa tidak? di dalam sajian pertunjukan wayang yang iringannya menggunakan gamelan jawa, sinden memiliki tanggung jawab mengiringi vokal saat gending jawa tersajikan.

Dalam pertunjukan seni karawitan jawa, tidak terlepas dari unsur-unsur keindahan yang menyelimutinya. Unsur-unsur itu adalah musisi yang terdiri dari pengrawit dan sinden. Keduanya sangat penting dalam membentuk suatu jalinan gending jawa secara utuh. Jikalau tidak ada salah satunya, maka sajian terasa sangat kurang sekali. Ibaratnya masakan tanpa bumbu-bumbu penyedap rasa. Rasa tidak karuan (gak ngalor yo gak ngidul), terasa hambar dan tidak cocok di lidah orang jawa. Maka keberadaan pengrawit dan sinden sangatlah penting dalam unsur-unsur seni karawitan jawa dan tidak dapat dipisahkan.

Pengrawit

Seseorang yang bertugas menabuh gamelan jawa itu namanya pengrawit. Tetapi pengrawit di sini tidak menabuh gamelan saja, melainkan sebagai musisi karawitan yaitu orang yang menggarap gending-gending karawitan. Garap adalah proses kreatif yang dialami oleh seseorang dalam menciptakan sebuah karya. Karya yang bagaimana? Pastinya karya yang memiliki estetik baik, jika dinikmati oleh seseorang bisa menimbulkan getaran jiwa nan indah. Bukan perkara mudah, pengrawit bisa menghasilkan karya baik, tetapi proses inilah yang menjadi salah satu untuk melaksanakan itu semua.

Garapan bagus juga kadang belum bisa diterima oleh masyarakat. Masyarakat yang bagaimana? tentunya adalah masyarakat yang paham akan gending-gending jawa. Bagi masyarakat yang masih awam pastinya juga sulit memahami. Namun demikian, dalam pelestarian seni tradisional tidak terbebani oleh kualitas penonton, tetapi kuantitas penonton. Banyaknya masyarakat yang gandrung dengan seni tradisional khususnya seni karawitan akan melakukan apapun demi bisa menghadiri pertunjukan ini.

Seorang pengrawit juga bisa menggarap gending menjadi hidup dan lebih bervariasi, sehingga tidak monoton. Gending jawa juga ada yang memiliki karakter berbeda-beda. Ada yang haru, tegas, bahkan ada yang hambar. Tidak menutup kemungkinan, melalui tangan-tangan kreatif seniman bisa membuat gending jawa memiliki semangat tinggi.

Pengrawit, tidak hanya laki laki saja, melainkan perempuan juga bisa menjadi pengrawit. Semua bisa dilakukan oleh perempuan, maka banyak muncul paguyuban seni karawitan yang anggotanya perempuan semua. Pengendang pun juga perempuan, cara menabuh juga tidak kalah dengan laki-laki. Keplakan tangannya juga tegas saat berada di ricikan kendang. Pertunjukan wayang yang memiliki garapan tegas di ricikan kendang, juga dilakukan oleh seorang Perempuan. Jadi perempuan di dalam seni pertunjukan tidak hanya sebagai sinden saja namun juga sebagai pengrawit. Seperti halnya grub/ paguyuban seni karawitan Wani Tombok dari Surakarta, anggotanya memiliki pengrawit perempuan semua, tidak ada yang laki-laki. Bahkan pengendang pun juga perempuan.

Foto 2: Sinden Campursari (blogspot.com)

Sinden

            Pastinya kenal dong dengan sinden, kalau ditanya mengenai sinden pasti jawabannya penyanyi perempuan. Jawaban yang sangat umum sekali, sinden itu identik perempuan, tetapi di jaman modern ini, sinden itu ada yang pria loh. Aneh kan? Kita harus berpandangan luas sekarang bahwa di dunia bisa berubah-ubah sesuai dengan kondisi jaman. Sinden pria itu apakah seorang banci? Bukan! Sinden pria itu suaranya wanita tetapi yang menyuarakan adalah pria. Kesehariannya juga seperti pria biasa, kalau berbicara juga suara pria. Tetapi kalau sudah di panggung, suara pria sudah hilang dan berubah menjadi suara wanita.

            Sebenarnya sinden bukan hanya penyanyi saja, melainkan musisi jawa. Karena di dalamnya ada proses garap yang sulit dan tidak mudah. Maka dari itu, sinden selain harus memiliki suara bagus, juga garap yang baik. Pandangan awam masyarakat bahwa sinden itu cantik dan memiliki suara bagus serta indah. Sesuai dengan jenis keseniannya, ada seni Tayub, seni Wayang, seni Campursari dan lain sebagainya. Seni Tayub, sinden dituntut selain memiliki tubuh seksi, cantik, suara bagus, tetapi juga harus bisa njoged. Seni Wayang, selain paras yang cantik, suara bagus, juga pertunjukan wayang sekarang sinden dituntut dengan njoged juga, karena gending yang disajikan tidak hanya gending wayangan tetapi juga gending campursarian. Apalagi seni Campursari, seni tradisional ini sudah memiliki trend sendiri, kalau sinden Campursari ini hanya duduk saja, kelihatan wagu dan kurang cocok, Maka dari itu sinden yang dulu dengan sekarang itu beda, bisa dilihat dari penampilannya.

        Sebagai seorang musisi vokal, sinden harus paham dengan cengkok dan gregel, karena dalam menyuarakan keindahan, kualitas seorang sinden bisa dilihat dari kedua hal tersebut. Selain itu juga timbre atau warna suara. Kalau ini, manusia sudah memiliki warna suara berbeda-beda. Melalui proses latihan secara kontinyu dan terus-menerus, maka dihasilkan suara yang unik, apalagi kalau sudah memiliki dasar suara bagus.

Foto 3: Sinden Klenengan (blogspot.com)

Keunikan Sinden dalam Berharmonisasi dengan Gamelan Jawa     

            Sinden, jika seseorang sudah niat ingin menjadi sinden, segala macam cara akan dilakukan. Tidak mudah untuk menjadi sinden terkenal, banyak perjuangan dan pastinya halang rintang akan menunggu. Namun demikian, sinden itu memiliki keunikan yang dapat membuat dirinya menjadi idola. Sinden juga dekat dengan jawanya, kalau di jaman modern ini mendengar orang mau belajar sinden saja sudah bilaang waooooooo….hebat ya?. Tidak hanya itu saja, kebanyakan sinden itu memiliki pasangan seorang Dalang. Di dalam masyarakat, Dalang dipandang orang yang berwibawa, tokoh masyarakat, pendakwah dan menjadi contoh atau tauladan dalam bersikap dan bertindak. Maka sangat beruntung jika mendapat suami profesi seorang Dalang.

            Perjuangan seorang wanita yang berprofesi sebagai sinden tidaklah mudah. Sinden yang profesional harus memiliki keahlian dasar suara bagus. Suara bagus diperoleh dari latihan secara rutin setiap hari, makan kunyit dan tidak minum air dingin. Proses latihan juga harus ada yang membimbing dan mengarahkan. Paling tidak ketika salah cengkok, atau tidak harmonis dengan nada gamelan, seorang pembimbing bisa membenarkan. Berbeda dengan otodidak yaitu belajar sendiri tanpa ada yang mengarahkan. Misalkan belajar melalui channel youtube, di youtube juga komplit mulai dari tutorial belajar cengkok sindenan sampai dengan praktek nyinden yang baik. 

            Gamelan jawa yang memiliki laras slendro dan pelog bisa berfungsi untuk mengiringi pertunjukan wayang, tari, klenengan, campursari dan jenis seni pertunjukan lainnya. Seorang sinden juga harus menguasai titi laras yang baik, baik laras slendro maupun laras pelog. Bayangkan kalau tidak memahami titi laras, maka suara sinden dengan gamelan jawa akan tidak harmonis. Ketidak harmonisan disebabkan oleh suara sinden yang tidak cocok dengan nada-nada gamelan. Gending yang seharusnya menggunakan laras pelog, tetapi disindeni dengan laras slendro, begitupun sebaliknya. Kadang juga tidak harmonisnya seorang sinden disebabkan oleh kurangnya latihan, seorang sinden juga harus intens latihan secara rutin.

            Meskipun sinden tidak banyak digandrungi oleh perempuan jaman sekarang atau anak muda, akan tetapi keberadaan sinden sekarang jauh lebih mendapatkan posisi baik. Tentunya dapat meningkatkan ekonomi, honorpun yang diterima juga lumayan, bahkan dalam satu malam manggung bisa mendapatkan Rp 500.000 rupiah ke atas. Malahan, jika sudah dianggap idola, honor yang didapat Rp 1.000.000 rupiah lebih. Tidak hanya memikirkan honor saja, namun demikian sinden juga termasuk orang yang cinta terhadap seni tradisi, karena warisan leluhur ini harus kita jaga dengan baik. Dengan melestarikannya, maka akan berkembang dan dikenal oleh semua lapisan masyarakat secara luas, bahkan sekarang sudah dikenal di dunia Internasional.

            Di beberapa kota besar di Indonesia sudah ada yang mengadakan lomba Sinden. Dengan adanya lomba atau kompetisi baik ini, tanda-tanda seni tradisi sudah mulai  terdengar gemuruh di negeri Indonesia ini. Di Kota Solo lebih tepatnya, kompetisi sudah digelar, banyak peserta-peserta yang masih menempuh sekolah tingkat menengah. Hal ini akan berpengaruh baik di kota-kota lainnya, yaitu meniru lomba atau kompetisi ini. Sehingga akan bermunculan sinden-sinden muda terbaik, maka seni tradisi akan berkembang secara signifikan.


Penulis:


Murlan, S.Sn, Guru SMP Negeri 5 Sidoarjo






 






 


Comments

Popular posts from this blog

Nyadran Balongdowo, Nasibmu Kini

  sumber : https://radarsidoarjo.jawapos.com Nyadran di Desa Balongdowo terdiri atas 7 tahapan penting sebagai cara mengungkapan rasa syukur. Tahap pertama, yaitu tahap persiapan. Pada malam sebelum pemberangkatan, warga Balongdowo mempersiapkan keperluan prosesi mulai dari makanan, biasanya mengolah kupang, tumpeng, dan menghias perahu. Tahap kedua adalah tahap pemberangkatan, meliputi iring-iringan tumpeng ke tepi sungai dan berdoa memanjatkan syukur kepada Allah SWT. Setelah acara pembuka, barulah perahu Nyadran memulai perjalanan menuju Desa Sawohan, Dusun Kepetingan. Tahap ketiga yaitu tahap pembuangan seekor ayam. Ketika perjalanan, anak balita yang mengikuti Nyadran diberi seekor ayam hidup untuk dibuang di muara Kalipecabean agar anak balita tidak kesurupan. Tahap keempat, melarung tumpeng di muara Clangap (pertemuan antara sungai Balongdowo, sungai Candi, dan sungai Sidoarjo). Hal ini bertujuan agar para nelayan pencari kupang diberi keselamatan saat melaut. Namun, melarun...

Dekesda dan Umsida dalam Perjalanan Budaya “Ngetung Batih” di Dongko Trenggalek

  “Kami berjalan pelan menyisir pantai selatan, mendaki pegunungan dari Desa Pringapus sampai Kecamatan Dongko, berburu pengetahuan budaya yang mekar manis di setiap unsur perilaku masyarakatnya.” Joko Susilo – Ketua Program Dewan Kesenian Sidoarjo (Dekesda) juga Dosen Psikologi Budaya Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) membuka kalimat wawancaranya. Ia datang ke Dongko bersama tim riset budaya gabungan Dekesda dan Umsida. Joko menambahkan “Kami juga membawa beberapa mahasiswa pertukaran dari Universitas Adzkia Sumatra Barat dan Universitas Muhammadiyah Sidrap Sulawesi Selatan, tujuan kami adalah supaya mereka mengetahui kekayaan budaya yang ada di Jawa Timur”. Upacara adat ‘ Ngetung Batih’ digelar di kecamatan Dongko 7 hari 7 malam, tanggal 6 sampai 13 Juli 2024. Tanggal 6 dibuka dengan doa bersama. Tanggal 7 siang digelar Kirab Budaya dilanjutkan penampilan bersama 2700 penari jaranan Turonggo Yakso. Setiap malam berikutnya dilanjut pertunjukan seni yang ada di wilayah ...

1000 Warga Nembang Macapat Gagrak Sidoarjo

  Sekar Mijil, Sekar Gambuh dan Sekar Pocung Gagrak Sidoarjo berkumandang di pelataran SMP-SMK Sepuluh Nopember Sidoarjo, Jl Siwalanpanji, Sidoarjo. Siswa-siswi, para guru pendamping sekaligus paguyuban-paguyuban macapat bersama-sama menembangkannya. Suwarmin M.Sn., yang berprofesi sebagai dosen seni tradisi di STKW Surabaya, dan sebagai pencipta macapat Gagrak Sidoarjo sangat bahagia sekali. Karena semua peserta mampu menembangkannya bersama-sama meskipun belum sesempurna para pesinden. Bertajuk “Seribu Warga Nembang Macapat Gagrak Sidoarjo” sukses diselenggarakan pada hari Sabtu, 3 Agustus 2024. Mengulang kesuksesan penyelenggaraan tahun 2023 dengan Seribu Warga Sidoarjo Nembang Macapat 24 jam. Ini adalah sebuah cita-cita Dewan Kesenian Sidoarjo dan Paguyuban-Paguyuban Macapat Sidoarjo agar macapat juga dikenal oleh generasi-generasi sekarang. “Bahwa materi nembang macapat ini sudah dikenalkan kepada para siswa SMP kelas 7 dan 8,” kata Murlan, S.Sn., selaku ketua panitia pe...