Skip to main content

Posts

Showing posts from February, 2025

Menilik Linkar, Tiga Kesan dan Sebuah Percikan: (Catatan Kecil Mengunjungi Pameran Tunggal Dwi Duest Bertajuk Linkar)

  Mengunjungi pameran seni rupa adalah salah bentuk upaya rehat dari rutinitas yang membelenggu. Sama halnya dengan berjalan-jalan ke toko buku, mengelilingi rak demi rak, membaca sampul demi sampul, menghidu bau buku atau bervakansi ke tempat-tempat wisata, berkumpul dengan orang-orang yang kita kasihi adalah aktivitas yang menyenangkan. Di sini kita bisa sepakat satu hal, bahwa kesenian dapat membangkitkan gairah hidup seseorang. Ada semacam konsepsi umum ketika membaca filsafat estetika bahwa keindahan suatu karya seni tidak bertumpu pada objek, melainkan perasaan, kesan, dan pengalaman ketika subjek hadir dan bersentuhan secara langsung dengan karya seni. Respon yang timbul inilah memiliki pengaruh kuat pada kejiwaan manusia berdasarkan pada daya tarik yang dihasilkan dari sebuah karya seni. Di kutub lain memilih untuk berseberangan, mereka beranggapan bahwa karya seni bisa dinikmati berdasarkan penilaian subjektif. Karya seni tidak memberikan pengaruh apapun, ia hanya benda ...

Lingkar Bermain: Ide Pedagogi dari Pameran Seni

  [Candi karya Prapto Dwi Utomo/Dokumentasi Simocoyo Space] Pada Sabtu malam yang syahdu, saya berkunjung ke pembukaan pameran Lingkar Bermain: Gagas-Ramu-Saji yang digelar oleh Komunitas Serbuk Kayu di Rumah Seni Pecantingan, Sidoarjo. Hari Sabtu itu, 14 September 2024, adalah hari pertama dari rangkaian pameran yang akan berlangsung seminggu hingga tanggal 20 September 2024. Saya tiba saat tur karya sedang berlangsung dan dipandu oleh dua lelaki energik selaku direktur artistik pameran: Lucky Childa Pratama dan Thoriq Fahmi. Mengekor keramaian, saya ikut bergerak dari satu karya ke karya lain. Pada perjumpaan pertama ini, saya mencoba mengosongkan pikiran. Tak hendak menafsirkan apa-apa. Tak ingin mengartikan apa-apa. Hanya menikmati visual yang tertangkap mata. Peta Indonesia bertemankan selembar batik terhidang di samping kiri pintu utama pameran. Bantal-bantal yang terikat pada tiang-tiang di tengah joglo. Di samping kanan pintu, kolase berderet-deret yang tampak seperti kom...

KEUNIKAN SINDEN DALAM KARAWITAN JAWA; (Harmonisasi Sinden dengan Gamelan Jawa)

  Foto 1: Sinden Wayang Kulit (blogspot.com) Keberadaan sinden di dalam sajian karawitan jawa sangatlah penting, mengapa penting? Karena sinden merupakan seseorang (perempuan) yang menjaga harmonisasi piranti gamelan jawa. Sinden juga merupakan unsur keindahan dalam sajian pertunjukan gamelan jawa, kenapa tidak? di dalam sajian pertunjukan wayang yang iringannya menggunakan gamelan jawa, sinden memiliki tanggung jawab mengiringi vokal saat gending jawa tersajikan. Dalam pertunjukan seni karawitan jawa, tidak terlepas dari unsur-unsur keindahan yang menyelimutinya. Unsur-unsur itu adalah musisi yang terdiri dari pengrawit dan sinden. Keduanya sangat penting dalam membentuk suatu jalinan gending jawa secara utuh. Jikalau tidak ada salah satunya, maka sajian terasa sangat kurang sekali. Ibaratnya masakan tanpa bumbu-bumbu penyedap rasa. Rasa tidak karuan ( gak ngalor yo gak ngidul ), terasa hambar dan tidak cocok di lidah orang jawa. Maka keberadaan pengrawit dan sinden sangatlah pe...

Nyadran Balongdowo, Nasibmu Kini

  sumber : https://radarsidoarjo.jawapos.com Nyadran di Desa Balongdowo terdiri atas 7 tahapan penting sebagai cara mengungkapan rasa syukur. Tahap pertama, yaitu tahap persiapan. Pada malam sebelum pemberangkatan, warga Balongdowo mempersiapkan keperluan prosesi mulai dari makanan, biasanya mengolah kupang, tumpeng, dan menghias perahu. Tahap kedua adalah tahap pemberangkatan, meliputi iring-iringan tumpeng ke tepi sungai dan berdoa memanjatkan syukur kepada Allah SWT. Setelah acara pembuka, barulah perahu Nyadran memulai perjalanan menuju Desa Sawohan, Dusun Kepetingan. Tahap ketiga yaitu tahap pembuangan seekor ayam. Ketika perjalanan, anak balita yang mengikuti Nyadran diberi seekor ayam hidup untuk dibuang di muara Kalipecabean agar anak balita tidak kesurupan. Tahap keempat, melarung tumpeng di muara Clangap (pertemuan antara sungai Balongdowo, sungai Candi, dan sungai Sidoarjo). Hal ini bertujuan agar para nelayan pencari kupang diberi keselamatan saat melaut. Namun, melarun...