Skip to main content

Festival Munali Patah 2024- “Menghidupkan” Kembali Munali Patah


Desa Banjarkemantren, Kec. Buduran, Sidoarjo menjadi tempat kembalinya nama Munali Patah ke tempat asal.

Kerjasama Dewan Kesenian Sidoarjo, Komunitas Kabut Malam, Pemdes Banjarkemantren dan Kartar Banjarkemantren, didukung oleh Pengmas Bima Umsida dan Universitas Hasyim Asy’ari, Festival Munali Patah 2024 sukses digelar.

Awalnya ini adalah sebuah keinginan dari keluarga Sang Legenda agar Festival Munali Patah (FMP) bisa terselenggara di Banjarkemantren. Tentu ini sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan bagi sang maestro tari.

Udeng Pacul Gowang yang kini jadi simbol ke-Sidoarjo-an, Tari Remo Munali Patah yang kian tersohor dan Tari Cokro Negoro merupakan hasil karya Sang Legenda menjadi bukti bahwa sosok Munali Patah adalah sangat istimewa bagi Desa Banjarkemantren.

"Kami sangat bangga sekali, ternyata di desa kami ada seniman besar dan kami juga berharap akan lahir Munali Patah-Munali Patah lainnya dari Desa Banjarkemantren," kata kepala Desa Banjarkemantren, Ibu Erni Ferliawati.

Festival Munali Patah 2024 memilih tiga seniman terbaik di Sidoarjo, dengan segala pertimbangan, terpilihlah nama-nama berikut:

1.      Widodo Basuki-Seniman Berprestasi

2.      Ki Pringgo Jati Rahmanu, S.Sn.-Seniman Muda Berprestasi

3.      Ali Aspandi- Pegiat Seni Budaya.

Pemilihan ketiga seniman ini tentu telah melalui berbagai argumen dan menilik track record dari masing-masing seniman. Dewan juri terdiri dari:

1.      Ketua: DR. Autar Abdillah,

2.      Anggota: Suwarmin, M.Sn., dan

3.      Mashuri: MS.

Menetapkan ketiganya sebagai penerima Munali Patah Award pada hari Sabtu, 7 September 2024.




Dari Panggung FMP berbagai sajian tarian ditampilkan mulai pukul 15.00. Para penampil adalah warga Banjarkemantren, mulai anak-anak TK hingga usia remaja.

Pemutaran Film Dokumenter berjudul: Jejak Warisan MUNALI PATAH Sang Maestro Tari Remo, juga menjadi salah satu sajian pada gelaran FMP kali ini. Tak ketinggalan salah satu ahli waris atau anak ketiga dari Munali Patah, Uriyati, turut menampilkan tari Remo Munali Patah hasil karya sang ayah.

Pakaian hitam lengan panjang dengan manik-manik, selendang merah dan kuning yang dikibas-kibaskan, sebuah udeng menghias kepala dan tak lupa sebuah gongseng di kaki yang gemerincing menyertai gerakan yang lincah.

Acara penganugerahan kepada seniman ini terselenggara pada hari Sabtu (14/9/2024). Festival Munali Patah kali ini adalah gelaran yang ke IV. Berlangsung mulai pukul 15.00 hingga 22.00.

Dibuka oleh Asisten II, Bapak Drs. Muh. Mahmud, SH. Dihadiri oleh Ibu Kepala Desa Banjarkemantren beserta staffnya, perwakilan dari Disporapar, Anggota DPRD Ibu Elok Suciati, jajaran pengurus Dekesda dan dari paguyuban-paguyuban seni dan budaya.

Padatnya acara dengan para penampil tak ayal ada saja kendala-kendala teknis yang tanpa bisa diprediksi. Bertempat di lapangan Banjarkemantren, angin yang berembus tentu membuat tata panggung agak berantakan terutama bagian backdrop, yang sehari sebelumnya tertata rapi.

Warga Banjarkemantren tampak antusias menyaksikan acara demi acara. Karena kursi yang berada di bawah tenda terbatas, mereka rela bergerombol dan duduk di tanah lapang yang menghijau.

Berjajar UMKM warga setempat juga tampak ramai pengunjung. Tentu ini juga berdampak pada penjualan dagangan mereka.[wha]













Comments

Popular posts from this blog

Nyadran Balongdowo, Nasibmu Kini

  sumber : https://radarsidoarjo.jawapos.com Nyadran di Desa Balongdowo terdiri atas 7 tahapan penting sebagai cara mengungkapan rasa syukur. Tahap pertama, yaitu tahap persiapan. Pada malam sebelum pemberangkatan, warga Balongdowo mempersiapkan keperluan prosesi mulai dari makanan, biasanya mengolah kupang, tumpeng, dan menghias perahu. Tahap kedua adalah tahap pemberangkatan, meliputi iring-iringan tumpeng ke tepi sungai dan berdoa memanjatkan syukur kepada Allah SWT. Setelah acara pembuka, barulah perahu Nyadran memulai perjalanan menuju Desa Sawohan, Dusun Kepetingan. Tahap ketiga yaitu tahap pembuangan seekor ayam. Ketika perjalanan, anak balita yang mengikuti Nyadran diberi seekor ayam hidup untuk dibuang di muara Kalipecabean agar anak balita tidak kesurupan. Tahap keempat, melarung tumpeng di muara Clangap (pertemuan antara sungai Balongdowo, sungai Candi, dan sungai Sidoarjo). Hal ini bertujuan agar para nelayan pencari kupang diberi keselamatan saat melaut. Namun, melarun...

Dekesda dan Umsida dalam Perjalanan Budaya “Ngetung Batih” di Dongko Trenggalek

  “Kami berjalan pelan menyisir pantai selatan, mendaki pegunungan dari Desa Pringapus sampai Kecamatan Dongko, berburu pengetahuan budaya yang mekar manis di setiap unsur perilaku masyarakatnya.” Joko Susilo – Ketua Program Dewan Kesenian Sidoarjo (Dekesda) juga Dosen Psikologi Budaya Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) membuka kalimat wawancaranya. Ia datang ke Dongko bersama tim riset budaya gabungan Dekesda dan Umsida. Joko menambahkan “Kami juga membawa beberapa mahasiswa pertukaran dari Universitas Adzkia Sumatra Barat dan Universitas Muhammadiyah Sidrap Sulawesi Selatan, tujuan kami adalah supaya mereka mengetahui kekayaan budaya yang ada di Jawa Timur”. Upacara adat ‘ Ngetung Batih’ digelar di kecamatan Dongko 7 hari 7 malam, tanggal 6 sampai 13 Juli 2024. Tanggal 6 dibuka dengan doa bersama. Tanggal 7 siang digelar Kirab Budaya dilanjutkan penampilan bersama 2700 penari jaranan Turonggo Yakso. Setiap malam berikutnya dilanjut pertunjukan seni yang ada di wilayah ...

1000 Warga Nembang Macapat Gagrak Sidoarjo

  Sekar Mijil, Sekar Gambuh dan Sekar Pocung Gagrak Sidoarjo berkumandang di pelataran SMP-SMK Sepuluh Nopember Sidoarjo, Jl Siwalanpanji, Sidoarjo. Siswa-siswi, para guru pendamping sekaligus paguyuban-paguyuban macapat bersama-sama menembangkannya. Suwarmin M.Sn., yang berprofesi sebagai dosen seni tradisi di STKW Surabaya, dan sebagai pencipta macapat Gagrak Sidoarjo sangat bahagia sekali. Karena semua peserta mampu menembangkannya bersama-sama meskipun belum sesempurna para pesinden. Bertajuk “Seribu Warga Nembang Macapat Gagrak Sidoarjo” sukses diselenggarakan pada hari Sabtu, 3 Agustus 2024. Mengulang kesuksesan penyelenggaraan tahun 2023 dengan Seribu Warga Sidoarjo Nembang Macapat 24 jam. Ini adalah sebuah cita-cita Dewan Kesenian Sidoarjo dan Paguyuban-Paguyuban Macapat Sidoarjo agar macapat juga dikenal oleh generasi-generasi sekarang. “Bahwa materi nembang macapat ini sudah dikenalkan kepada para siswa SMP kelas 7 dan 8,” kata Murlan, S.Sn., selaku ketua panitia pe...