Skip to main content

"Mpu Kanwa" Perpustakaan Dewan Kesenian Sidoarjo

 


Mpu Kanwa adalah seorang sastrawan dan pujangga Kraton Kahuripan pada masa pemerintahan raja Airlangga.

Karya-karya Empu Kanwa antara lain Kakawin Arjunawiwaha termasuk karya sastra sebagai persembahan kepada Raja Airlangga yang telah sukses berjuang memulihkan stabilitas keamanan Negeri Medang. Kakawin ini ditulisnya pada masa pemerintahan Prabu Airlangga antara tahun 1028-1035. (Wikipedia)

 

“Apalah arti sebuah nama”. Begitulah William Shakespeare pernah mengungkapkan betapa tidak penting sebuah nama.

Tapi nama Mpu Kanwa menjadi sebuah nama penting untuk Dewan Kesenian Sidoarjo. Bukan hal yang sepele hingga nama Mpu Kanwa disematkan sebagai nama perpustakaan Dekesda.

Hari Rabu, tanggal 1 Mei 2024, bertepatan dengan hari buruh, Dekesda me-launching perpustakaan Mpu Kanwa.

Acara yang dihadiri para pengurus Dekesda juga dosen-dosen dari Universitas Airlangga.

Diungkapkan oleh Rafif Amir-sekretaris Dekesda- saat memberi sambutan acara launching perpustakaan Mpu Kanwa, “Buku-buku kita sudah menumpuk sekitar dua tahun. Kehadiran mahasiswa magang dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga ini tentu membawa berkah untuk Dekesda. Sehingga perpustakaan kita bisa diubah menjadi seperti saat ini.”

“Ini merupakan, pengabdian masyarakat dari mahasiswa Unair untuk revitalisasi desain ruang perpustakaan, juga tentang pengelolaan perpustakaan karena tentu masih banyak yang harus dibenahi. Seperti digitalisasi pelayanan dan lain-lain. Semoga itu jadi langkah berikutnya,” kata Hendro Margono S.sos., M.Sc. Ph.d- Kepala Departemen Ilmu Informasi dan Perpustakaan Unair.

Dalam sesi diskusi tentu cukup menarik dengan apa yang diungkapkan oleh Ketua Umum Dekesda-Ribut Wijoto. “Kami sungguh sangat berbahagia karena yang kami rasakan adalah banyak sekali 'kebetulan'. Kebetulan keberadaan Dekesda di jalan Airlangga dan kami kehadiran dosen-dosen dari Universitas Airlangga. Kami ingin membuat sebuah perpustakaan yang nantinya akan menggerakkan literasi para seniman Sidoarjo, kebetulan ada Mbak Zila dan Mbak Fristin, mahasiswa Unair yang magang di sini dan berhasil mengubah wajah tumpukan buku menjadi sebuah perputakaan yang indah.”

“Kami tentu juga sangat senang karena para akademisi mau berkunjung dan bermitra dengan Dekesda. Inilah yang kami harapkan. Sinergi akademisi dengan seniman untuk kemajuan seni dan budaya. Kami juga berharap bahwa kerja sama ini tidak berhenti pada revitalisasi desain ruang perpustakaan Mpu Kanwa, tapi bisa terus saling bermitra,” lanjut Ribut Wijoto.

Penyataan dari Iffa Suraiya-owner Bait Kata Library dan selaku BPP Dekesda-serta usulan Hamzah, seorang peserta diskusi dari FLP Sidoarjo, Dr. Tri Susantari, Dra., M.Si. (dosen senior Unair) memberikan tanggapan yang luar biasa.

“Perpustakaan bisa jadi jalan untuk para penulis dan pembaca untuk saling berinteraksi. Sekaligus Mpu Kanwa bisa menjadi sebuah perpustakaan yang menjembatani seni dan budaya Sidoarjo lebih dikenal dan sekaligus bisa mengabadikan kesenian itu sendiri, tentu dengan adanya koleksi-koleksi tentang seni budaya Sidoarjo.”

Di tengah acara diskusi keperpustakaan, Dekesda kehadiran Sekretaris Daerah Kabupaten Sidoarjo, Dr. Fenny Apridawati, S.KM., M.Kes., yang dirasa 'kebetulan' juga oleh Ketua Umum Dekesda.

Tentu ini menjadi momen langka dan menjadi momen curhat Dekesda kepada Ibu Sekda. Sekaligus mendaulat Ibu Fenny untuk meresmikan perpustakaan Dekesda Mpu Kanwa.

“Untuk seniman Sidoarjo dan Dekesda, perpustakaan ini diawali dari yang kecil dan semoga akan menjadi besar, dan tentu di era digitalisasi ini semoga perpustakaan Dekesda bisa menjadi perpustakaan yang mengikuti perkembangan zaman.”

Pantomim dari SLB Aisyiyah Krian yang berkolaborasi dengan Adellino Petrus dari PMM BARISTA Umsida sebagai pembaca puisi menjadi penampil saat acara launching perpustakaan Mpu Kanwa.

Acara ditutup dengan penyerahan plakat dari Universitas Airlangga kepada Dekesda. (wha)















Comments

Popular posts from this blog

Nyadran Balongdowo, Nasibmu Kini

  sumber : https://radarsidoarjo.jawapos.com Nyadran di Desa Balongdowo terdiri atas 7 tahapan penting sebagai cara mengungkapan rasa syukur. Tahap pertama, yaitu tahap persiapan. Pada malam sebelum pemberangkatan, warga Balongdowo mempersiapkan keperluan prosesi mulai dari makanan, biasanya mengolah kupang, tumpeng, dan menghias perahu. Tahap kedua adalah tahap pemberangkatan, meliputi iring-iringan tumpeng ke tepi sungai dan berdoa memanjatkan syukur kepada Allah SWT. Setelah acara pembuka, barulah perahu Nyadran memulai perjalanan menuju Desa Sawohan, Dusun Kepetingan. Tahap ketiga yaitu tahap pembuangan seekor ayam. Ketika perjalanan, anak balita yang mengikuti Nyadran diberi seekor ayam hidup untuk dibuang di muara Kalipecabean agar anak balita tidak kesurupan. Tahap keempat, melarung tumpeng di muara Clangap (pertemuan antara sungai Balongdowo, sungai Candi, dan sungai Sidoarjo). Hal ini bertujuan agar para nelayan pencari kupang diberi keselamatan saat melaut. Namun, melarun...

Dekesda dan Umsida dalam Perjalanan Budaya “Ngetung Batih” di Dongko Trenggalek

  “Kami berjalan pelan menyisir pantai selatan, mendaki pegunungan dari Desa Pringapus sampai Kecamatan Dongko, berburu pengetahuan budaya yang mekar manis di setiap unsur perilaku masyarakatnya.” Joko Susilo – Ketua Program Dewan Kesenian Sidoarjo (Dekesda) juga Dosen Psikologi Budaya Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) membuka kalimat wawancaranya. Ia datang ke Dongko bersama tim riset budaya gabungan Dekesda dan Umsida. Joko menambahkan “Kami juga membawa beberapa mahasiswa pertukaran dari Universitas Adzkia Sumatra Barat dan Universitas Muhammadiyah Sidrap Sulawesi Selatan, tujuan kami adalah supaya mereka mengetahui kekayaan budaya yang ada di Jawa Timur”. Upacara adat ‘ Ngetung Batih’ digelar di kecamatan Dongko 7 hari 7 malam, tanggal 6 sampai 13 Juli 2024. Tanggal 6 dibuka dengan doa bersama. Tanggal 7 siang digelar Kirab Budaya dilanjutkan penampilan bersama 2700 penari jaranan Turonggo Yakso. Setiap malam berikutnya dilanjut pertunjukan seni yang ada di wilayah ...

1000 Warga Nembang Macapat Gagrak Sidoarjo

  Sekar Mijil, Sekar Gambuh dan Sekar Pocung Gagrak Sidoarjo berkumandang di pelataran SMP-SMK Sepuluh Nopember Sidoarjo, Jl Siwalanpanji, Sidoarjo. Siswa-siswi, para guru pendamping sekaligus paguyuban-paguyuban macapat bersama-sama menembangkannya. Suwarmin M.Sn., yang berprofesi sebagai dosen seni tradisi di STKW Surabaya, dan sebagai pencipta macapat Gagrak Sidoarjo sangat bahagia sekali. Karena semua peserta mampu menembangkannya bersama-sama meskipun belum sesempurna para pesinden. Bertajuk “Seribu Warga Nembang Macapat Gagrak Sidoarjo” sukses diselenggarakan pada hari Sabtu, 3 Agustus 2024. Mengulang kesuksesan penyelenggaraan tahun 2023 dengan Seribu Warga Sidoarjo Nembang Macapat 24 jam. Ini adalah sebuah cita-cita Dewan Kesenian Sidoarjo dan Paguyuban-Paguyuban Macapat Sidoarjo agar macapat juga dikenal oleh generasi-generasi sekarang. “Bahwa materi nembang macapat ini sudah dikenalkan kepada para siswa SMP kelas 7 dan 8,” kata Murlan, S.Sn., selaku ketua panitia pe...