Skip to main content

Menyulam Kembali Budaya Bangsa bersama 1000 Permainan Tradisional


            Cublak-cublak suweng

Suwenge ting gelenter

Mambu ketundhung gudhel

Pak Empong lera-lere

Sopo ngguyu ndelikake

Sir-sir pong dele kopong

Sir-sir pong dele kopong


Tembang dolanan ini mungkin sudah sangat jarang kita dengarkan. Berganti dengan tembang-tembang manca. Berseliweran di media sosial.

Namun di tengah teriknya matahari dan hawa panas tidak menyurutkan siswa-siswi SMP Negeri 6 Sidoarjo memainkan dan menembangkan tembang dolanan cublak-cublak suweng.

Berpakaian kebaya dan kain batik serta berpakaian lurik, siswa-siswi SMP 6 Sidoarjo memukau para undangan juga para wali murid.

Hari Sabtu, 24 Februari 2024 dengan tajuk Gebyar Spenamda 2024 ‘Menyulam Kembali Budaya Bangsa bersama 1000 Permainan Tradisional’. Bertepatan dengan hari ulang tahun ke 27 SMP 6 Sidoarjo. Sebuah gelaran seni tradisional ditampilkan. Tentu bukan tanpa alasan dengan dipilihnya seni tradisional sebagai penampil dalam Gebyar Spenamda.

Permainan tradisional dijadikan tema tentu juga menjadi sebuah terobosan kala serbuan media sosial serta game online.

“Sebetulnya hari ini adalah ulang tahun SMP 6 Sidoarjo tapi diramu dengan kegiatan P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila). P5 ini merupakan salah satu program yang saling terkait dalam implementasi Kurikulum Merdeka. Dan ini usaha kami dengan orang tua siswa agar anak-anak tidak larut dengan game online. Kami imbangi dengan mengenalkan permainan tradisional. Kami juga menggandeng Kampung Lali Gadget untuk memperkaya khasanah permainan tradisional dan anak-anak bisa mengembangkan permainan ini,” kata Suharsono, Spd., M.Pd. kepala sekolah SMP 6 Sidoarjo.

Dr. Ng. Tirto Adi, M.Pd.- Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sidoarjo mengatakan, “Acara hari ini bisa mengembalikan anak-anak pada jati diri kebudayaan. Tidak hanya berkutat dengan gadget-nya.”

Perwakilan Dewan Kesenian Sidoarjo berkesempatan ikut menyaksikan berbagai permainan tradisional dimainkan juga mainan-mainan tradisional dipamerkan.

Mungkin inilah yang sangat jarang kita jumpai, anak-anak kembali bermain layang-layang, bermain egrang, main ketapel, gobak sodor, membuat wayang suket, main tembak-tembakan terbuat dari kayu, main dakon, bola bekel, lompat tali, serta mainan lainnya. Hal-hal seperti ini tidak semua anak mengenal.

Mainan-mainan tradisional ini mengajak anak untuk berpikir kreatif dan inovatif. Sekarang permainan-permainan itu tentu bisa dimodifikasi dengan sesukanya. Tidak harus sama dengan mainan terdahulu. Anak-anak bisa berkreasi juga dengan menciptakan permainan-permainan baru.

Alam sekitar sudah menyediakan bahan-bahannya. Bisa bermain bersama, bergerak dan berkeringat. Tidak hanya duduk diam memainkan hp.

Menjadi sebuah tantangan juga untuk orang tua bahwa bermain tidak harus dengan gadget saja. Mengajak anak-anak kita keluar dari jeratan game online untuk sementara waktu. [wha]










Comments

Popular posts from this blog

Nyadran Balongdowo, Nasibmu Kini

  sumber : https://radarsidoarjo.jawapos.com Nyadran di Desa Balongdowo terdiri atas 7 tahapan penting sebagai cara mengungkapan rasa syukur. Tahap pertama, yaitu tahap persiapan. Pada malam sebelum pemberangkatan, warga Balongdowo mempersiapkan keperluan prosesi mulai dari makanan, biasanya mengolah kupang, tumpeng, dan menghias perahu. Tahap kedua adalah tahap pemberangkatan, meliputi iring-iringan tumpeng ke tepi sungai dan berdoa memanjatkan syukur kepada Allah SWT. Setelah acara pembuka, barulah perahu Nyadran memulai perjalanan menuju Desa Sawohan, Dusun Kepetingan. Tahap ketiga yaitu tahap pembuangan seekor ayam. Ketika perjalanan, anak balita yang mengikuti Nyadran diberi seekor ayam hidup untuk dibuang di muara Kalipecabean agar anak balita tidak kesurupan. Tahap keempat, melarung tumpeng di muara Clangap (pertemuan antara sungai Balongdowo, sungai Candi, dan sungai Sidoarjo). Hal ini bertujuan agar para nelayan pencari kupang diberi keselamatan saat melaut. Namun, melarun...

Dekesda dan Umsida dalam Perjalanan Budaya “Ngetung Batih” di Dongko Trenggalek

  “Kami berjalan pelan menyisir pantai selatan, mendaki pegunungan dari Desa Pringapus sampai Kecamatan Dongko, berburu pengetahuan budaya yang mekar manis di setiap unsur perilaku masyarakatnya.” Joko Susilo – Ketua Program Dewan Kesenian Sidoarjo (Dekesda) juga Dosen Psikologi Budaya Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) membuka kalimat wawancaranya. Ia datang ke Dongko bersama tim riset budaya gabungan Dekesda dan Umsida. Joko menambahkan “Kami juga membawa beberapa mahasiswa pertukaran dari Universitas Adzkia Sumatra Barat dan Universitas Muhammadiyah Sidrap Sulawesi Selatan, tujuan kami adalah supaya mereka mengetahui kekayaan budaya yang ada di Jawa Timur”. Upacara adat ‘ Ngetung Batih’ digelar di kecamatan Dongko 7 hari 7 malam, tanggal 6 sampai 13 Juli 2024. Tanggal 6 dibuka dengan doa bersama. Tanggal 7 siang digelar Kirab Budaya dilanjutkan penampilan bersama 2700 penari jaranan Turonggo Yakso. Setiap malam berikutnya dilanjut pertunjukan seni yang ada di wilayah ...

1000 Warga Nembang Macapat Gagrak Sidoarjo

  Sekar Mijil, Sekar Gambuh dan Sekar Pocung Gagrak Sidoarjo berkumandang di pelataran SMP-SMK Sepuluh Nopember Sidoarjo, Jl Siwalanpanji, Sidoarjo. Siswa-siswi, para guru pendamping sekaligus paguyuban-paguyuban macapat bersama-sama menembangkannya. Suwarmin M.Sn., yang berprofesi sebagai dosen seni tradisi di STKW Surabaya, dan sebagai pencipta macapat Gagrak Sidoarjo sangat bahagia sekali. Karena semua peserta mampu menembangkannya bersama-sama meskipun belum sesempurna para pesinden. Bertajuk “Seribu Warga Nembang Macapat Gagrak Sidoarjo” sukses diselenggarakan pada hari Sabtu, 3 Agustus 2024. Mengulang kesuksesan penyelenggaraan tahun 2023 dengan Seribu Warga Sidoarjo Nembang Macapat 24 jam. Ini adalah sebuah cita-cita Dewan Kesenian Sidoarjo dan Paguyuban-Paguyuban Macapat Sidoarjo agar macapat juga dikenal oleh generasi-generasi sekarang. “Bahwa materi nembang macapat ini sudah dikenalkan kepada para siswa SMP kelas 7 dan 8,” kata Murlan, S.Sn., selaku ketua panitia pe...