Skip to main content

Seni Budaya untuk Kesejahteraan Sidoarjo

 

Oleh Ribut Wijoto



 Sebenarnya mengembangkan seni budaya di Sidoarjo itu mudah. Strateginya cukup dengan memerbanyak kegiatan. Entah itu dalam bentuk festival sastra, pameran seni rupa, sarasehan, pertunjukan musik, pertunjukan tari, parade teater, maupun beragam pertunjukan seni tradisi.

Pemerintah Kabupaten Sidoarjo perlu hadir, mendorong, dan memfasilitasi segala macam kegiatan seni budaya tersebut. Baik kegiatan skala komunitas, skala kecamatan, skala kabupaten, skala provinsi, skala nasional, skala internasional.

Ketika kegiatan seni budaya berlangsung, seniman dan budayawan menemukan ruang untuk bereksplorasi. Banyaknya kegiatan membuat ruang eksplorasi semakin luas. Karya-karya baru tercipta. Karya-karya lama kian matang atau mungkin mendapatkan wujud yang baru (baca: kontemporer).

Tetapi tentu ini bukan soal pemajuan seni budaya semata. Dalam kegiatan seni budaya, di situ roda ekonomi berputar. Seniman atau budayawan mendapatkan honor, persewaan sound system jalan, usaha penjual makan minum, sewa pelengkapan semacam meja kursi jalan, usaha parkiran jalan, bisnis percetakan spanduk jalan, usaha rental mobil jalan, dan masih banyak lagi.

Dan itu baru kegiatan seni budaya skala kecil. Coba misalkan kegiatan seni budaya skala nasional atau internasional. Mobilitas perekonomian berputar kian kencang. Memacu jalannya sektor transportasi, hotel, marketing, devisa.

Kegiatan seni budaya dapat pula dipakai mendongkrak sektor wisata. Sidoarjo memiliki beberapa candi. Misalnya candi Pari, candi Sumur, candi Dermo, candi Tawangalun. Pemerintah Kabupaten Sidoarjo perlu mendorong agar pada setiap candi tersebut digelar kegiatan seni budaya setidaknya 1 bulan sekali.

Kegiatan seni budaya bakal menarik datangnya wisatawan. Apalagi bila kegiatan berskala nasional dan internasional.

Dan lagi-lagi, datangnya wisatawan memacu pertumbuhan ekonomi. Warga sekitar candi bisa mendapatkan job beragam jasa pelayanan, warga sekitar bisa berjualan makanan minuman atau pernik-pernik cinderamata, berjualan oleh-oleh, jasa parkir. Warga bisa membuka usaha penginapan model home stay. Dengan ramainya kunjungan, mau tidak mau, lokasi candi kian terawat dan bersih. Termasuk pula menyediakan pelayanan MCK (mandi, cuci, kakus) untuk pengunjung.

Banyaknya kegiatan seni budaya sebenarnya juga dibutuhkan untuk memajukan sektor kerajinan dan usaha mikro kecil menengah. Sebab kegiatan seni budaya merupakan ruang sangat potensial untuk mengenalkan dan menjual produk kerajinan atau produk usaha mikro kecil menengah.

Begitulah, mengembangkan seni budaya di Sidoarjo itu mudah. Cara dengan membuat sebanyak-banyaknya kegiatan seni budaya. Dan ada dampak lain yang luar biasa, yakni pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan kesejahteraam Sidoarjo. []

*) Ribut Wijoto, Ketua Umum Dewan Kesenian Sidoarjo.

Comments

Popular posts from this blog

Nyadran Balongdowo, Nasibmu Kini

  sumber : https://radarsidoarjo.jawapos.com Nyadran di Desa Balongdowo terdiri atas 7 tahapan penting sebagai cara mengungkapan rasa syukur. Tahap pertama, yaitu tahap persiapan. Pada malam sebelum pemberangkatan, warga Balongdowo mempersiapkan keperluan prosesi mulai dari makanan, biasanya mengolah kupang, tumpeng, dan menghias perahu. Tahap kedua adalah tahap pemberangkatan, meliputi iring-iringan tumpeng ke tepi sungai dan berdoa memanjatkan syukur kepada Allah SWT. Setelah acara pembuka, barulah perahu Nyadran memulai perjalanan menuju Desa Sawohan, Dusun Kepetingan. Tahap ketiga yaitu tahap pembuangan seekor ayam. Ketika perjalanan, anak balita yang mengikuti Nyadran diberi seekor ayam hidup untuk dibuang di muara Kalipecabean agar anak balita tidak kesurupan. Tahap keempat, melarung tumpeng di muara Clangap (pertemuan antara sungai Balongdowo, sungai Candi, dan sungai Sidoarjo). Hal ini bertujuan agar para nelayan pencari kupang diberi keselamatan saat melaut. Namun, melarun...

Dekesda dan Umsida dalam Perjalanan Budaya “Ngetung Batih” di Dongko Trenggalek

  “Kami berjalan pelan menyisir pantai selatan, mendaki pegunungan dari Desa Pringapus sampai Kecamatan Dongko, berburu pengetahuan budaya yang mekar manis di setiap unsur perilaku masyarakatnya.” Joko Susilo – Ketua Program Dewan Kesenian Sidoarjo (Dekesda) juga Dosen Psikologi Budaya Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) membuka kalimat wawancaranya. Ia datang ke Dongko bersama tim riset budaya gabungan Dekesda dan Umsida. Joko menambahkan “Kami juga membawa beberapa mahasiswa pertukaran dari Universitas Adzkia Sumatra Barat dan Universitas Muhammadiyah Sidrap Sulawesi Selatan, tujuan kami adalah supaya mereka mengetahui kekayaan budaya yang ada di Jawa Timur”. Upacara adat ‘ Ngetung Batih’ digelar di kecamatan Dongko 7 hari 7 malam, tanggal 6 sampai 13 Juli 2024. Tanggal 6 dibuka dengan doa bersama. Tanggal 7 siang digelar Kirab Budaya dilanjutkan penampilan bersama 2700 penari jaranan Turonggo Yakso. Setiap malam berikutnya dilanjut pertunjukan seni yang ada di wilayah ...

1000 Warga Nembang Macapat Gagrak Sidoarjo

  Sekar Mijil, Sekar Gambuh dan Sekar Pocung Gagrak Sidoarjo berkumandang di pelataran SMP-SMK Sepuluh Nopember Sidoarjo, Jl Siwalanpanji, Sidoarjo. Siswa-siswi, para guru pendamping sekaligus paguyuban-paguyuban macapat bersama-sama menembangkannya. Suwarmin M.Sn., yang berprofesi sebagai dosen seni tradisi di STKW Surabaya, dan sebagai pencipta macapat Gagrak Sidoarjo sangat bahagia sekali. Karena semua peserta mampu menembangkannya bersama-sama meskipun belum sesempurna para pesinden. Bertajuk “Seribu Warga Nembang Macapat Gagrak Sidoarjo” sukses diselenggarakan pada hari Sabtu, 3 Agustus 2024. Mengulang kesuksesan penyelenggaraan tahun 2023 dengan Seribu Warga Sidoarjo Nembang Macapat 24 jam. Ini adalah sebuah cita-cita Dewan Kesenian Sidoarjo dan Paguyuban-Paguyuban Macapat Sidoarjo agar macapat juga dikenal oleh generasi-generasi sekarang. “Bahwa materi nembang macapat ini sudah dikenalkan kepada para siswa SMP kelas 7 dan 8,” kata Murlan, S.Sn., selaku ketua panitia pe...